Pers Kampus Berlatih Meliput di Zona Berbahaya dan Penggunaan OSINT

Jakarta_Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) bersama Jaringan Indonesia untuk Jurnalisme Investigasi (JARING) menyelenggarakan workshop OSINT dengan tema, Safely Reporting in Hazardous Zones and Promoting Press Freedom. Peserta pelatihan ini adalah anggota pers kampus yang tergabung dalam Forum Pers Mahasiswa Jabodetabek (FPMJ).

Bertempat di Gedung Ki Hajar Dewantara, Universitas Negeri Jakarta (19/3), workshop tersebut membahas dua materi yang berkaitan dengan liputan di daerah berbahaya. Materi pertama mengenai persiapan liputan dan mekanisme keamanan dibawakan oleh Redaktur Pelaksana JARING.id, Damar Fery Ardian.

Damar merupakan salah satu jurnalis yang pernah mengikuti peliputan di Ukraina pada Februari lalu bersama lima jurnalis lain dari Malaysia, Filipina, dan India. Dalam workshop ini, Damar berbagi pengalamannya ketika mengunjungi lokasi-lokasi yang pernah menjadi medan pertempuran antara militer Ukraina melawan militer Rusia ketika kedua negara itu terlibat dalam konflik bersenjata sepanjang dua tahun terakhir.

“Bukan hanya saat liputan di daerah berbahaya seperti Ukraina, ketika seorang jurnalis ditugaskan ke daerah berbahaya lain, misalnya liputan demonstrasi. Mitigasi keamanan sebelum terjun ke lapangan jadi suatu keharusan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” ungkapnya saat pemaparan.

Materi kedua dibawakan oleh Produser Investigasi Narasi TV, Aqwam Fiazmi Hanifan. Jurnalis yang telah lima tahun bekerja pada karya jurnalisme investigasi itu memberikan materi dasar pengenalan Open Source Intelligence (OSINT) bagi jurnalis pers kampus.

Aqwam seringkali terlibat dalam karya-karya investigasi yang menggunakan OSINT. Misalnya, laporannya tentang kunjungan palsu ke Xinjiang oleh para ulama dan jurnalis Indonesia, serta pembuangan limbah ilegal ke laut lepas oleh sebuah pabrik nikel Tiongkok. Atau ketika Narasi TV berhasil mengungkap pelaku di balik serangan pembakaran terhadap demonstran anti-pemerintah pada 2021 lalu.

“Dalam liputan konflik termasuk liputan demonstrasi, riset itu menjadi kunci. Dan OSINT adalah salah satu riset digital yang bisa dilakukan saat jurnalis ditugaskan untuk meliput isu-isu seperti ini,” ungkap Aqwam.

Direktur Eksekutif PPMN, Fransisca Ria Susanti menyampaikan bahwa PPMN dan Jaring memutuskan melakukan roadshow ke kampus-kampus dan melakukan perjumpaan dengan para aktivis pers mahasiswa, karena kedua organisasi ini percaya bahwa perubahan hanya bisa dipimpin oleh orang muda yang punya sikap kritis dan keberanian.

Pers mahasiswa, di masa Orde Baru, adalah salah satu garda depan dalam menyoroti kondisi negara yang carut marut, setelah publik hilang percaya pada media yang telah dikooptasi kekuasaan atau melakukan self-cencorship berlebihan.

“Kami memutuskan menjumpai aktivis pers mahasiswa di tengah situasi demokrasi yang tidak baik-baik saja hari ini. Agar keberanian dan sikap kritis itu tersebut ditopang juga dengan sikap kewaspadaan dan ilmu pengetahuan guna mendorong perubahan yang lebih berkualitas,” ujarnya.

Workshop ini masih dalam rangkaian kegiatan JARING goes to campus dan kampanye kegiatan PPMN dalam program Ukraine Press Tour. PPMN bertindak sebagai pelaksana proyek yang bekerjasama dengan Ukraine Crisis Media Center, sebuah lembaga non profit di Kyiv, Ukraina. Program ini ditujukan untuk membuka wacana publik khususnya di Asia atas dukungan lembaga donor Open Society Foundation (OSF) melalui pelibatan media dan jurnalis mengenai perang Ukraina-Rusia dan dampaknya bagi kemanusiaan.


Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) adalah organisasi nirlaba yang didirikan tahun 2006, bergerak dalam isu pemberdayaan jurnalis dan media. 

 

Narahubung: Agetha Tri Lestari (agetha@ppmn.or.id)