Pelatihan Antihoaks untuk Aktivis CSO, Pers Mahasiswa, dan Pegiat Media Sosial

Teknologi digital membuat penyebaran informasi demikian cepat melalui medium perangkat komunikasi seperti telepon pintar dan platform media sosial. Bak pisau bermata dua, teknologi digital tak hanya menyebarkan pengetahuan, melainkan juga hoaks atau berita palsu yang begitu mudah menyebar di masyarakat.

 

Teknologi digital juga memiliki ancaman dimanfaatkan untuk penguatan otoritarianisme. Hal inilah yang akhirnya menciptakan maraknya hoaks di Indonesia untuk kepentingan golongan tertentu, seperti terlihat dalam kontestasi politik di Indonesia sejak 2014. Dampak dari hal tersebut adalah terjadinya polarisasi di kalangan masyarakat sipil, perselisihan antarindividu dan masyarakat, yang pada akhirnya dapat mendorong kemunduran demokrasi di Indonesia.

 

Sejumlah upaya untuk melawan disinformasi telah dilakukan oleh berbagai pihak dengan ragam cara, mulai dari meningkatkan kapasitas media dan jurnalis dalam mendeteksi berita hoaks  hingga memberdayakan warga masyarakat melalui praktik jurnalisme warga maupun literasi media. Namun, banjir hoaks dan disiformasi semakin tidak terbendung, dan dikhawatirkan akan semakin meningkat menjelang momentum politik 2024 mendatang. Oleh karenanya berbagai upaya penanggulangan ini harus semakin diperluas, melibatkan pihak yang lebih banyak serta menjangkau seluruh wilayah di Indonesia.

 

Di bawah program Democratic Resilience yang didukung oleh The Asia Foundation, PPMN telah membangun kerja sama dengan mitra di Aceh (GeRAK Aceh), di Maluku (Yayasan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat /YPPM), di Yogyakarta (Lembaga Kajian Islam dan Sosial/LKiS), dan di Jakarta (Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia /SPRI) dalam peningkatan kapasitas jurnalis warga.

 

Bersama para mitra tersebut PPMN telah berupaya menanggulangi disinformasi dengan melibatkan para jurnalis warga di keempat wilayah tersebut. Hingga saat ini telah banyak capaian yang diraih, di antaranya adanya peningkatan kesadaran akan bahaya hoaks dan urgensi untuk memerangi. Para jurnalis warga juga memproduksi sejumlah narasi edukasi serta counter hoaks yang didistribusikan, baik di komunitas maupun di media sosial.

 

PPMN memandang penting untuk memperluas level kesadaran tersebut, bukan hanya di keempat wilayah tersebut, namun juga di tingkat nasional. Oleh sebab itu pelibatan lebih banyak pihak, diantaranya para aktivis CSO, pers mahasiswa, dan pegiat media sosial menjadi penting, mengingat peran mereka dalam memengaruhi opini di media sosial, maupun di kalangan anak muda di kampus.  Dengan begitu, diharapkan narasi melawan dan mengampanyekan narasi antihoaks di media digital akan makin meluas. PPMN juga memandang penting untuk memperluas jangkauan pelibatan para peserta dari seluruh wilayah di Indonesia.

  

PPMN berharap nantinya para jurnalis warga, aktivis CSO, pers mahasiswa, dan pegiat media sosial memiliki kesadaran, kompetensi serta  dapat bersama-sama berperan aktif melawan persebaran mis/disinformasi dan mengampanyekan narasi antihoaks di media digital. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, PPMN hendak menyelenggarakan Pelatihan Antihoaks untuk aktivis CSO, pers mahasiswa, dan pegiat media sosial.

 

Waktu pelaksanaan dan lokasi kegiatan

Kegiatan pelatihan akan dilakukan dalam dua batch dan berlangsung pada:

Tanggal 29-30 Agustus dan 12-13 September 2022.

Metode : Online melalui Zoom

Bagaimana cara menjadi peserta kegiatan ini?

Untuk dapat menjadi peserta, Anda dapat mengisi data dan mengirimkan CV/portofolio.

Batas waktu penerimaan formulir pada tanggal 22 Agustus 2022.

Peserta yang lolos akan mendapatkan pendampingan dari mentor yang berpengalaman di bidangnya.

Siapa yang dapat menjadi peserta?

Peserta pelatihan antihoaks untuk aktivis CSO, pers mahasiswa, dan pegiat media sosial berjumlah maksimal 50 orang dari seluruh wilayah Indonesia. Pelatihan ini terbuka untuk teman-teman disabilitas, karena kami menyediakan Juru Bahasa Isyarat dan fasilitas lain jika dibutuhkan.

Kandidat peserta setidaknya harus memenuhi syarat di bawah ini:
  1. Memiliki media sosial aktif
  2. Aktif melakukan kampanye, membuat konten, atau artikel yang dipublikasikan di media sosial pribadi atau komunitas
  3. Memiliki komitmen dalam isu antihoaks
  4. Bersedia mengikuti pelatihan dari secara penuh
  5. Memiliki komitmen untuk aktif dalam mentoring yang dilakukan setelah pelatihan
Keuntungan yang didapat dari pelatihan ini:
  1. Peserta tidak dipungut biaya apapun untuk pelatihan
  2. Peserta akan mendapatkan sertifikat pelatihan
  3. Peserta akan mendapatkan mentoring selama empat bulan pascapelatihan
  4. Ilmu yang bermanfaat dari narasumber yang ahli di bidangnya
Perlu informasi lebih lanjut?

Silakan kirim email ke akbar@ppmn.or.id dengan subjek “Training Antihoaks untuk aktivis CSO, pers mahasiswa, dan pegiat media sosial”