Kebebasan Pers Jadi Prasyarat Pemilu Demokratis

Para jurnalis di Asia Tenggara saat ini menghadapi  tantangan signifikan dalam meliput dan melaporkan berita tentang pemilihan umum. Mulai dari ketertutupan akses data pemilu, intimidasi aparat negara, hingga  tekanan yang dilakukan oleh kelompok pendukung kandidat atau pun partai politik  yang tengah bertarung.

Kondisi ini menjadi keprihatinan banyak pihak, mengingat kebebasan dan independensi pers adalah prasyarat yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemilu maupun tata pemerintahan yang adil dan demokratis. 

“Jurnalisme dan pemilu adalah instrumen paling penting dalam demokrasi. Sehingga jurnalis yang meliput  pemilu harus diberi kebebasan dan perlindungan agar bisa bekerja dengan baik menghasilkan laporan-laporan jurnalistik yang berkualitas,” ungkap Direktur Eksekutif Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) Eni Mulia dalam Konferensi Regional “Peran Jurnalisme Dalam Menyokong Pemilu Demokratis” di  Jakarta, Selasa 26 November 2019.

Konferensi ini  sendiri diselenggarakan oleh RESPECT, sebuah program regional yang didukung oleh USAID-Washington DC, dimana PPMN dan Perludem menjadi inisiatornya.

“Peran media yang aktif dan profesional menjadi bagian signifikan dalam mengembangkan demokrasi dan mempromosikan tujuan pemilu yang partisipasif, inklusif, dan akuntabel,” ungkap CoP RESPECT, Theresia Joice Damayanti.

Konferensi ini diselenggarakan dalam bentuk seminar dan mini-workshop. Hadir sebagai pembicara dalam seminar adalah Prof Cherian George dari Hong Kong Baptist University, jurnalis senior Thailand peraih penghargaan International Press Freedom Award 2017 Pravit Rojanaphruk, jurnalis senior Malou Mangahas dari Phillippine Center for Investigative Journalism (PCIJ), dan Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Pambudy. Sementara Professor Topo Santosa dari Universitas Indonesia yang juga anggota dewan pembina Perludem, memaparkan analisa terkait situasi pemilu di kawasan Asia Tenggara.

“Ini pertama kali para jurnalis di Asian Tenggara bertemu dalam satu forum guna mendiskusikan  tantangan dan peluang terkini guna menghasilkan laporan pemilu yang independen,” kata Joice.

Eni Mulia menekankan  forum semacam ini perlu terjadi  agar para jurnalis di kawasan Asia Tenggara dapat saling belajar dan berbagi pengalaman terkait tantangan dan problema yang  mereka hadapi.

Penghargaan Jurnalistik

Dalam konferensi regional ini juga diumumkan para pemenang ExcEl Awards 2019, sebuah penghargaan untuk para jurnalis yang diselenggarakan oleh RESPECT. Penghargaan ini diberikan kepada karya jurnalistik terbaik terkait pemilu oleh para jurnalis di  Asia Tenggara.

Panitia menerima lebih dari 100 karya jurnalistik yang dibuat oleh para jurnalis dari Indonesia, Myanmar, Malaysia, dan Filipina. Karya-karya tersebut berkompetisi untuk memenangkan penghargaan pada kategori breaking news, feature/indepth story, investigation, dan commentary.

Dewan juri  yang terlibat dalam penilaian karya-karya ini berasal dari lima negara, yakni Bambang Harymurti  (jurnalis senior Tempo/Indonesia), Tessa Bacalla (mantan Direktur Eksekutif SEAPA/Filipina), Khin Maung Soe (jurnalis senior DVB/Myanmar), Professor Cherian George (Hong Kong Baptist University), dan Pravit Rojanaphruk (jurnalis senior Khaosod English/Thailand)