Pemimpin Perempuan akan Mendorong Media Lebih Beragam dan Inklusif

 

Pers yang bebas dan kesetaraan hak untuk perempuan adalah pilar-pilar penting untuk membentuk masyarakat yang terbuka dan inklusif. Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns menyampaikan hal ini dalam acara pembukaan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Media untuk Jurnalis Perempuan yang  diselenggarakan PPMN dengan dukungan Kedutaan Belanda. 

Partisipasi perempuan dalam ruang redaksi harus ditingkatkan dalam bentuk mendorong perempuan menjadi role model yang memimpin media" Tegas Lambert Grijns yang sebelum bertugas di Jakarta menempati posisi Direktur Kesetaraan Hak Perempuan dan Gender di Kementrian Luar Negeri Belanda. 

Pelatihan kepemimpinan untuk jurnalis perempuan yang mempelajari manajemen media dengan perspektif gender ini dilakukan dalam format online selama lima pekan pada tanggal 12 Juni 2021 hingga 10 Juli 2021.  Sebanyak 15 jurnalis yang bekerja pada berbagai jenis media dari 15 kota yang berbeda di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan ini. Kesamaannya mereka adalah para perempuan yang telah menduduki posisi puncak atau memiliki prospek karir untuk memimpin redaksi masing-masing.

PPMN menyelenggarakan pelatihan ini untuk memperkuat posisi perempuan di Indonesia. Tahun lalu riset PPMN dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya Jakarta menunjukkan angka rata-rata hanya ada 3 jurnalis perempuan di antara 10 jurnalis yang bekerja di media nasional Indonesia. Fenomena seperti ini  menurut  Lambert Grijns juga terjadi di banyak negara. “Di Belanda sendiri jumlah jurnalis perempuan termasuk sedikit dan lebih sedikit lagi perempuan yang menjadi pemimpin puncak di media.”

Ada banyak faktor yang membuat minimnya kiprah perempuan di dunia jurnalistik. “Perempuan mendapatkan lebih banyak tantangan sebagai jurnalis dibanding laki-laki. Setidaknya pertama pekerjaan di media sangat maskulin tidak ramah gender dan kedua adanya beban peran ganda pada perempuan,” jelas Eni Mulia Executive Director PPMN 

Karena itulah perlu upaya penguatan dan perlindungan pada profesi jurnalis perempuan hingga mendorong lebih banyak perempuan memiliki kesempatan untuk memimpin media.

Pemimpin perempuan di media diharapkan mampu melahirkan kebijakan berbasis gender di redaksi dan mendorong lebih banyak konten media yang mempromosikan keadilan gender" jelas Eni Mulia tentang tujuan pelatihan.

Penyelenggaran pelatihan ini diampu oleh tim konsultan beranggotakan 4 orang dengan berbagai latar belakang; coach/trainer profesional, pakar gender dan jurnalis perempuan. Tim yang dipimpin oleh Lisnawati ini menggunakan metode pembelajaran orang dewasa yang sangat mengutamakan interaksi, diskusi dan partisipasi di antara peserta. Pembelajaran yang disampaikan dalam pelatihan pada dasarnya menggabungkan materi tentang gender dan pengurus utamaannya di ruang redaksi serta berbagai keterampilan manajemen seperti teknik kepemimpinan, komunikasi empatik, metode coaching, resolusi konflik dan problem solving

Rangkaian sesi pelatihan ini bukan hanya penyampaian materi di dalam kelas. Tetapi juga membuat program-program diskusi dalam kelompok kecil hingga memberikan penugasan kepada peserta dalam bentuk quiz, membuat tulisan dan rekaman video serta melakukan analisa masalah. Sesi mentoring oleh trainer membantu  peserta lebih memahami setiap materi yang diberikan.

Di akhir pelatihan para peserta memberikan refleksinya terhadap program kursus kepemimpinan yang telah mereka jalani dari awal hingga akhir. Lutfi Yulisa pemimpin redaksi Metrolampung menyampaikan hasil mengikuti pelatihan membuat ia lebih memahami tantangan apa yang dialami jurnalis perempuan, “Itu sama dengan yang saya alami juga.  Tapi sekarang tidak ada lagi keraguan bahwa perempuan bisa memimpin redaksi.”  

Para jurnalis perempuan menyadari misi kepemimpinan mereka selain meningkatkan kualitas jurnalisme, profesionalisme dan kesejahteraan pekerja media juga  menciptakan media yang dapat membentuk masyarakat yang lebih setara dan terbuka. “Mendorong terwujudnya masyarakat yang inklusif dan toleran dimulai dari lingkungan kerja (media),” pungkas Hanifa Paramitha Siswanti reporter TVRI Jabar.  

Selamat kepada 15 jurnalis perempuan pemimpin media dari seluruh Indonesia yang telah menyelesaikan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Media, 12 Juni 2021 – 10 Juli 2021!

  1. Andi Anita Anggriany Amier, Pemimpin Redaksi Palu Ekspres
  2. Ayu Prawitasari, Redaktur Solo Pos
  3. Dinia Saridewi, Manager UB Radio Malang
  4. Hanifa Paramita Siswanti, Reporter TVRI Jabar
  5. Ida Nor Layla, Redaktur Pelaksana Jawa Pos Radar Semarang
  6. Linda Kusuma Wardhani, Redaktur Pelaksana AGTVnews.com Kediri
  7. Lutfi Yulisa, Pemimpin Redaksi Metrolampungnews.com
  8. Neno Karlina Paputungan, Redaktur Zonautara.com Manado
  9. Ratna Nitia Anisa, Produser Kompas TV Jakarta
  10. Ratna Sari Dewi, Pemimpin Redaksi TVRI Kalsel Banjarmasin
  11. Risma Erina A’ini, Redaktur LPPL Radio Persada Blitar  
  12. Septina Trisnawati, Editor LPP RRI Palangkaraya
  13. Sri Melynda Hartini, Editor Ciayumajakuning.id Cirebon
  14. Sunarti Sain, Pemimpin Redaksi Harian Radar Selatan, Bantaeng
  15. Syifa Rosyiana Dewi, Redaktur Muhammadiyah.or.id Yogyakarta

Apa Kata Peserta Terkait Pelatihan ini?

"Memberikan porsi yang lebih banyak bagi isu perempuan dan anak dalam pemberitaan dan program untuk mendorong para pengambil keputusan membuat kebijakan degan perspektif gender"

Ratna Sari Dewi, Pemimpin Redaksi TVRI Kalsel Banjarmasin

"Penilaian kerja karyawan bukan berdasarkan jenis kelamin tapi sejauh mana kapasitas dan kapabilitas masing-masing orang dalam bekerja. "

Ida Nor Layla, Redaktur Pelaksana Jawa Pos Radar Semarang

"Manajemen redaksi dengan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hal bersuara, kesempatan karir hingga kebijakan. Dan membuat konten yang tidak bias gender. "

Ayu Prawitasari, Redaktur Solo Pos

"Media yang mengedukasi agar tidak ada lagi praktek subordinasi, stereotype, tindak kekerasan dan marjinalisasi terutama terhadap perempuan."

Dinia Saridewi, Manager UB Radio Malang

"Dari hasil pelatihan saya menyadari: sebagai perempuan saya ‘bisa’ menjadi jurnalis hebat dan menjadi pemimpin di redaksi."

Linda Kusuma Wardhani, Redaktur Pelaksana AGTVnews.com Kediri

"Mendorong terwujudnya masyarakat yang inklusif dan toleran dimulai dari lingkungan kerja (media)."

Hanifa Paramita Siswanti, Reporter TVRI Jabar

"Lebih memahami apa yang dialami jurnalis perempuan selama ini dan itu sama dengan yang saya alami juga. … Tidak ada lagi keraguan bahwa perempuan bisa memimpin redaksi."

Lutfi Yulisa, Pemimpin Redaksi Metrolampungnews.com

"Bisa menjadi representasi dari teman-teman yang selama ini memperjuangkan kesetaraan gender dalam dunia jurnalistik."

Neno Karlina Paputungan, Redaktur Zonautara.com Manado

"Memperbanyak perempuan yang bisa bekerja di dunia yang ‘laki banget’. Kesetaraan kesempatan karir bagi perempuan bisa diperoleh jika ia tidak lagi dibebani standar ganda. "

Ratna Nitia Anisa, Produser Kompas TV Jakarta

"Perempuan memang beda dengan laki-laki tapi aku bisa memimpin dengan usaha, kerja keras dan terus meningkatkan kualitas diri. "

Risma Erina A’ini, Redaktur LPPL Radio Persada Blitar

"Menjadi orang yang bersuara ketika terjadi kekerasan, marjinalisasi dan diskriminasi gender. Menjadi pemimpin dengan pengaruh lebih luas supaya suara ini bisa didengar lebih banyak orang. "

Septina Trisnawati, Editor LPP RRI Palangkaraya

"Media yang berkualitas, profesional dan inklusif."

Sunarti Sain, Pemimpin Redaksi Harian Radar Selatan, Bantaeng

"Lingkungan kerja yang setara, mendorong dan mengapresiasi kemampuan setiap individu dan menampilkan informasi ramah gender."

Sri Melynda Hartini, Editor Ciayumajakuning.id Cirebon

"Memastikan ruang redaksi yang berperspektif dan berkeadilan gender."

Syifa Rosyiana Dewi, Redaktur Muhammadiyah.or.id Yogyakarta

"Memberi tugas dan tanggungjawab profesional dengan prinsip gender tanpa mengabaikan kualitas dan kemampuan personal masing-masing karyawan dan jurnalis."

Andi Anita Anggriany Amier, Pemimpin Redaksi Palu Ekspres.